A. Hakikat
Penelitian Pengembangan
Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha
untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan
bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan
penelitian pengembangan sebagai berikut:
Educational Research and development (R & D) is a process used
to develop and validate educational products. The steps of this process are
usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research
findings pertinent to the product to be developed, developing the products
based on these findings, field testing it in the setting where it will be used
eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the
filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated
until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally
defined objectives.
Penelitian Pendidikan
dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya
disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan
penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan
produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia
akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang
ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari
R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk
tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Seals dan Richey
(1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian
sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan
produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan
efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan
nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.
Van den Akker dan
Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan
yakni
1.
Pengembangan prototipe
produk
2.
Perumusan saran-saran
metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut
Sedangkan Richey dan
Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua tipe sebagai berikut.
·
Tipe
pertama difokuskan pada
pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang
mendukung bagi implementasi program tersebut.
·
Tipe
kedua dipusatkan pada
pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe
kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan
evaluasi yang efektif.
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara
lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem
pengelolaan dalam pembelajaran
B. Karakteristik
dan Motif Penelitian Pengembangan
Menurut Wayan (2009)
ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah
nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam
pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap
pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode
pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian
kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang
dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu
dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas
pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut
seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul,
metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan
dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan
originalitas.
Sedangkan motif
penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :
1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan
dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi
yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna
untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya
perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan
penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
3. Penelitian bidang pendidikan secara umum
kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan
bukti.
C. Rumusan
Masalah dan Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada rumusan masalah
dan tujuan dalam penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu
(1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal,
atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama
dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan,
maka rumusan masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa
sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama
tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya tetap
hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu
penelitian pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci
menjadi beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan
dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian.
Menurut Akker (1999)
tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian
kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru
didaktis. Berikut ini penjelasannya :
1. Pada bagian
kurikulum
Tujuannya adalah
menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu
produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan
kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi
ke depan.
2. Pada bagian
teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk
menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang
didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur
pemeriksaan yang digeneralisasi.
3. Pada bagian
pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk
pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan
kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta
secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4. Pada bagian
pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk
memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau
menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan.
Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan
sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan
pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk
yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah
teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari
pengembang dan teori instruksional.
D. Proses
Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan biasanya dimulai dengan identifikasi
masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan
penelitian. Yang dimaksud masalah pembelajaran.dalam penelitian
pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti
silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur
hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena
belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada
tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat
pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran
saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.
Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang
pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan.
Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran,
peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori
yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai dikembangkan, draft harus
berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).
Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan kepada para
ahliyang relevan (expert validation). Masukan dari
para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelahdraft direvisi
berdasar masukan dari para ahli, langkah berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-cobadisesuaikan dengan
penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka
uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan
perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap
sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba adalah silabus,
maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan silabus tersebut.
Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk menyusun
Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba,
beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi
terhadap draft menjadi draft akhir
perangkat pembelajaran tersebut.
Menurut Akker (1999),
ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :
1. Pemeriksaan
pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan
pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
·
tinjauan ulang
literatur,
·
konsultasi tenaga
ahli,
·
analisa tentang
ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
·
studi kasus dari
praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2. Penyesuaian
teoritis (theoretical embedding)
Usaha yang lebih
sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar
pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3. Uji empiris
(empirical testing)
Bukti empiris yang jelas
menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome).
Implementasi dan
hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan
pengembangan penelitian.
E. Metode
Penelitian Pengembangan
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari
penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan
difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan
tahap formative evaluation(Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)
1. Tahap Preliminary
Pada tahap ini,
peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara
menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi
lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan
lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru
kelas yang dijadikan tempat penelitian.
2. Tahap Formative Evaluation
1) Self Evaluation
·
Analisis
Tahap ini merupakan
langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan
analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan
dikembangkan.
·
Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan
dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan
di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi
teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni
desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman
sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.
2) Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas
dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara
paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe
pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
·
Expert
Review
Pada tahap expert review,
produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar.
Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing
prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang
dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator)
tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan
merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
·
One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti
mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru yang
menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang
telah dibuat.
·
Small
group
Hasil revisi dari expert dan
kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan
dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian
hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil
dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan
saran/komentar siswa pada small group dan
hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.
3) Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan
dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil
revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field
test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk
yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999)
mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah:
validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).