Rabu, 28 September 2016

A.    Hakikat Penelitian Pengembangan
Description: https://navelmangelep.files.wordpress.com/2012/04/research-development.jpg?w=260&h=206Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:
Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.
Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.
Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yakni
1.     Pengembangan prototipe produk
2.     Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut
Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas dua tipe sebagai berikut.
·         Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut.
·         Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran
B.     Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan
Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1.     Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2.     Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3.     Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.
4.     Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :
1.     Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2.     Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
3.     Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.
C.    Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian pengembangan biasanya berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar.
Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian.
Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. Berikut ini penjelasannya :
1.   Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
2.   Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi.
3.   Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4.   Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
D.    Proses Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan biasanya dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud masalah pembelajaran.dalam penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.
Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).
Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan kepada para ahliyang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelahdraft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-cobadisesuaikan dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.
Menurut Akker (1999), ada 4 tahap dalam penelitian pengembangan yaitu :
1.   Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif dari permasalahan mencakup:
·         tinjauan ulang literatur,
·         konsultasi tenaga ahli,
·         analisa tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
·         studi kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2.   Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)
Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3.   Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.
4.   Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.
E.     Metode Penelitian Pengembangan
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative evaluation(Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping (expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :
 Description: https://navelmangelep.files.wordpress.com/2012/04/formatif-evaluasi.jpg?w=645
Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

1.   Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.
2.   Tahap Formative Evaluation
1)   Self Evaluation
·         Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan.
·         Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat.  Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.
2)   Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
·         Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
·         One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan  kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat.
·         Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.
3)   Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).


Selasa, 27 September 2016

GEJALA SOSIAL di Masyarakat

Definisi Gejala Sosial

Gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat dapat diartikan sebagai  sebuah fenomena sosial. Munculnya fenomena sosial dimasyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Perubahan sosial itu tidak dapat kkita hindari, namun kita masih dapat mengantisipasinya. Perubahan sosial adda yang bersifat positif dan negatif, sehingga kita harus hati-hati dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Fenomena sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat dapat menimbulkan masalah sosial. Adapun beberapa contoh fenomena sosial seperti munculnya kesenjangan sosial, demam musik luar (boyband/girlband), pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.

Gejala sosial juga diartikan sebagai suatu pristiwa yang sering terjadi pada lapisan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

Faktor-Faktor Penyebab Gejala Sosial

Adanya berbagai gejala sosial di masyarakat, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor kultural merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat/komunitas. Ada beberapa contoh gejala sosial berdasarkan faktor kultural, antara lain kemiskinan, kerja bakti, prilaku menyimpang, dsb.

2. Faktor struktural merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi struktur, struktur yang dimaksud adalah sesuatu yang disusun oleh pola tertentu. Faktor struktural  dapat dilihat dari pola-pola hubungan antar individu dan kelompok yang terjalin dilingkungan masyarakat. Contoh gejala sosial yang dipengaruhi oleh faktor struktural seperti penyuluhan sosial, interaksi dengan orang lain dsb.

Macam-Macam Gejal Sosial


1. Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubunga dengan pendapatan. Tingkat pendapatan yang dimiliki individu dapat menimbulkan gejala sosial dimasyarakat. Gejala sosial yang dilihat dari aspek ekonomi sangat berkaitan dengan perekonomian masyarakat. Bila ada seseorang yang kurang dapat mencukupi kebutuhan, maka akan terjadi beberapa gejala sosial dilingkungan sekitarnya. Dilihat dari segi ekonomi, gejala sosial yang terjadi di masyarakat dapat meliputi kemiskinan, pengangguran, masalah kependudukan dsb.

2. Budaya 
Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam sehingga kita harus saling menghormati budaya lain. Adanya perbedaan jangan dijadikan sebagai alat pemecah persatuan, melainkan kita harus bersyukur karena keanekaragaman tersebut dapat menambah kekhasan budaya indonesia. Keanekaragaman budaya tidak hanya ada di Indonesia, tetapi setiap negara juga memiliki budaya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Kita juga harus menghormati budaya asing. Keanekaragaman budaya di sekitar kita juga dapat menimbulkan gejala sosial, misalnya tindakan peniruan budaya asing yang negatif, kenakalan remaja dsb.

3. Lingkungan alam 
Karakteristik gejala sosial dalam bidang lingkungan alam menyangkut aspek kondisi kesehatan. Seseorang yang terkena penyakit dapat menimbulka gejala sosial di lingkungannya sekitarnya. Contoh gejala yang ditimbulkan seperti munculnya, penyakit menular, pencemaran lingkunngan dsb.

4. Psikologis
Prilaku seseorang/individu dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh aspek psikologisnya. Bila seseorang mengalami gangguan kejiwaan dapat menimbulkan gejala sosial dimasyarakat, misalnya disorganisasi jiwa, aliran ajaran sesat dsb.

Contoh-Contoh Gejala Sosial di Masyarakat

Gejala sosial yang ada didalam masyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan di lingkungannya. Perubahan sosial merupakan segala perubahan yang ada pada lembaga-lembaga kemasyarakat dan dipengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan sosial dalam masyarakat dapat berdampak positif maupun negatif. Bagi masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan sosial maka akan terjadi masalah sosial. Adapun contoh gejala sosial yang ada pada masyarakat. 

1. Kemiskinan 
Contoh Gejala Sosial kemiskinan
source kecilreza dot blogspot dot com
Dalam sosiologi, kemiskinan merupakan suatu gejala sosial yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gejala sosial ini terjadi diberbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Kemiskinan absolut, yaitu seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya.
b. Kemiskinan relatif, yaitu   seseorang atau sekelompok orang dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya, namun dirinya masih merasa miskin bila dibandingakan dengan orang lain atau kelompok lain.
Kemiskinan dapat dikarenakan tidak mampunya seseorang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Namun dalam sosiologi, salah satu faktor penyebab munculnya maslah tersebut karena lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembagakemasyarakatan dibidang ekonomi. Permasalahan tersebut dapat menyebar kebidang lainnya, seperti pendidikan, sosial, dsb.

2. Masalah remaja
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga banyak remaja yang meniru tingkah laku orang lain. Tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat menjadi suatu masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Masalah remaja ini ditandai oleh adanya  keinginan untuk melawan ataupun sikap apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma di masyarakat, diharapkan mereka dapat berprilaku dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Prilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat beragam, sebagai contoh membolos, mencontek, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.

3. Masalah kependudukan
Indonesia adalah negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang padat. Penduduk merupakan sumber penting bagi pembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan. Dengan adanya pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu negara. kesejahteraan penduduk juga mengalami gangguan yang dipengaruhi oleh perubahan demografis yang sering sekali tidak dirasakan. Masalah kependudukan dapat berupa kepadatan penduduk, pemerataan penduduk yang tidak rata, ledakan penduduk dsb.
Masalah-masalah diatas perlu adanya penanggulangan, karena dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk. Adapun beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut diantanya:
a. Melalui program keluarga berencana (KB)
b. Transimigrasi,dan
c. Mengatur pertumbuhan jumlah penduduk

Dampak Gejala Sosial di Masyarakat

Terjadinya perubahan sosial-budaya dimasyarakat merupakan salah satu akibat dari gejala sosial. Dampak gejala sosial ada yang bersifat positif dan negatif.

1. Dampak positif 
Gejala sosial yang ada di masyarakat harus kita sikapi dengan baik. Bila kita dapat terbuka dan mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka perubahan tersebut akan berdampak positif dan memberikan kita mamfaat. Hal ini dapat dilihat dengan kemajuan bidang tekhnologi. Dalam bidang tekhnologi kita mengenal tekhnologi komunikasi, seperi telepon, handphone, telegram, email, dsb. Dengan adanya alat komunikasi yang modern, maka, maka kita dapat melakukan interaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung.

2. Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat menerima perubahan yang terjadi akan mengalami keguncangan culture shock. Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi gejala sosial akan membawa kearah prilaku menyimpang.

Selasa, 13 September 2016

SEKULARISME ATAU SEKULERISME

Sekularisme atau sekulerisme merupakan sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.
Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.

SEKULERISME DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA
Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
Sekularisme, seringkali dikaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan utama dalam perdaban barat. Prinsip utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika Serikat, dan Laisisme di Perancis, didasarkan dari sekularisme.
Kebanyakan agama menerima hukum-hukum utama dari masyarakat yang demokratis namun mungkin masih akan mencoba untuk memengaruhi keputusan politik, meraih sebuah keistimewaan khusus atau. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme. Penentangan yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam Fundamentalis. Pada saat yang sama dukungan akan sekularisme datang dari minoritas keagamaan yang memandang sekularisme politik dalam pemerintahan sebagai hal yang penting untuk menjaga persamaan hak.
Negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekuler di antaranya adalah KanadaIndiaPerancisTurki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.

MASYARAKAT SEKULER
Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekuler. Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak dapat menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi keagamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.
Sekularisme juga dapat berarti ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau supranatural tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu dipisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.
Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah Ateisme, banyak para Sekularis adalah seorang yang religius dan para Ateis yang menerima pengaruh dari agama dalam pemerintahan atau masyarakat. Sekularime adalah komponen penting dalam ideologi Humanisme Sekuler.
Beberapa masyarakat menjadi semakin sekuler secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-alih karena pengaruh gerakan sekuler, hal seperti ini dikenal sebagai Sekularisasi.

ALASAN-ALASAN PENDUKUNG DAN PENENTANGAN SEKULERISME
Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakkan dari Pencerahan yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauhi takhayul. Namun hal tersebut juga menjaga persamaan hak-hak sipil dalam kebebasan memeluk suatu kepercayaan dan berkeyakinan baik individu ataupun kelompok, dengan kata lain sekularisme justru menjadi ideologi yang mendukung kebebasan beragama tanpa ada agama superior yang dapat mefonis kepercayaan lain adalah salah dan sesat dan mendaat konsekwensi hukum.
Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arogan, mereka membantah bahwa pemerintaan sekuler menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya, mereka menukil NorwegiaIslandiaFinlandia, dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegal kan aborsi, dan pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.
Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukkan bahwa negara-negara Skandinavia diatas terlepas dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk negara yang palng sekuler di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya persentase mereka yang menjunjung kepercayaan beragama.
Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah ideologi antiagama, ateis, atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya dimengerti secara peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara sekuler adalah untuk mencapai kenetralan di dalam agama.
Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya mendukung bahwasanya pengaruh agama di dalam negara dan masyarakat adalah hal yang negatif. Di dalam negara yang mempunyai kepercayaan seperti itu (seperti negara Blok Komunis), institusi keagamaan menjadi subjek di bawah negara sekuler. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler atau bahkan filsafat umum yang resmi. Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini melanggar kebebasan beragama.
Beberapa sekularis menginginkan negara mendorong majunya agama (seperti pembebasan dari pajak, atau menyediakan dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi bersikeras agar negara tidak menetapkan sebuah agama sebagai agama negara, mewajibkan ketaatan beragama atau melegislasikan akaid. Pada masalah pajak Liberalisme klasik menyatakan bahwa negara tidak dapat "membebaskan" institusi beragama dari pajak karena pada dasarnya negara tidak mempunyai kewenangan untuk memajak atau mengatu agama. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa kewenangan duniawi dan kewenangan beragama bekerja pada ranahnya sendiri-sendiri dan ketka mereka tumpang tindih seperti dalam isu nilai moral, kedua- duanya tidak boleh mengambil kewenangan namun hendaknya menawarkan sebuah kerangka yang dengannya masyarakat dapat bekerja tanpa menundukkan agama di bawah negara atau sebaliknya.